Rabu, 19 Juni 2013

Cuplikan Novel Fate part 5


“Keith… mau apa kau dengan ramuan macademia?” Tanya Tuan Berry.
        “Kau ingin meracuni Noona?” Tanya Bryan. Noona menatap ketiganya secara bergantian.
        “Racun apa? apa yang kalian bicarakan ini?” Tanya Noona kebingungan. Tuan Berry dan Bryan saling berpandangan.
        “Bryan, bawa Noona.” Ujar Tuan Berry sambil mengendap-endap mengambil Vas bunga yang berada di belakangnya. Bryan menangkap tangan Noona lalu membawanya pergi menjauh. Keith jatuh duduk untuk menerima hukuman dari Tuan Berry. Ramuan macademia tumpah di lantai. Noona yang melihat kejadian itu langsung memelototi Bryan yang berada di belakangnya.
        “Apa-apaan ini? Bryan lepaskan aku!!!” teriak Noona mencoba melepaskan genggaman tangan Bryan. Mereka semakin menjauh. Dan semakin jauh.
        “Tuan…!!! Jangan sakiti dia…!!!” teriak Noona menangis.
Keith yang mendengar tangisan Noona menoleh. Wajah Noona tampak sangat sedih.
        “Ini balasan yang terbaik untukmu, Keith.” Ujar Tuan Berry mengangkat vas bunga tersebut.
        “Maafkan aku, Noona.”  Ujar Keith yang menyadari perbuatannya. Selama ini ia hanya mementingkan diri sendiri.
        “Mungkin, ini cara yang paling tepat untukku.” Ujar Keith. Ia tersenyum pada Noona, lalu menunduk dan memejamkan matanya.
        “Tuan…!!! Aku mohon… jangan…” teriak Noona. Lucy yang mendengar jeritan kakaknya langsung kaget.
        “Kakak…” ujarnya perlahan. Ia berlari menuju sumber suara. Saat Lucy melihat Tuan Berry, ia sangat shock.
        “Hyah!!!” teriak Tuan Berry mengayunkan Vas bunga ke arah Keith. Noona dan Lucy berteriak.
        “Tidak…!!!”
        PRAKK!!! Vas bunga sudah terpecah dan pecahannya berserakan di lantai. Namun bukan Keith yang terkena Vas bunga tersebut, melainkan Hana yang sedari tadi melihat apa yang terjadi. Ia sebenarnya bersembunyi di belakang pintu kamar mandi. Hana jatuh dan pingsan. Seluruh mata tertuju kepada Tuan Berry dan Hana secara bergantian. Begitu juga Bryan. Ia melepaskan genggamannya. Yang pertama datang menuju Hana adalah Keith.
        “Hana…!!!” Teriak Keith. Ia memeluk Hana dan langsung menahan darah yang terus bertumpahan keluar dari kepala Hana. Noona berlari ke arah Hana. Lucy berdiri terpaku pada tempatnya. Menangis sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Bryan menggotong tubuh Hana lalu memerintah Noona untuk memanggil Ambulan, sementara Keith menahan darah Hana yang terus keluar.
        “Hana…” ujar Keith perlahan. Ia mengingat saat pertama kali menjadi pelayan di keluarga Tuan Berry. Hana adalah pembantu terbaik pada masanya. Keith tampak terkagum-kagum akan besarnya rumah Tuan Berry. Sama halnya seperti Noona.
        “Selamat datang, di rumah milik Tuan Berry.” Ujar Hana dengan kedua pelayan yang mengurus keperluannyya. Sama halnya dengan Keith, setiap pelayan yang diberi reward sebagai pelayan terbaik akan mendapatkan 2 pelayan pribadi. Dan yang memilih pelayan tersebut adalah pelayan yang mendapatkan reward.
        “Kau seperti Snow White!” ujar Hana saat Keith berputar di cermin, setelah Hana memakaikan bando khusus pelayan yunior. Mereka tertawa terbahak-bahak.
        “Hana… aku mau kita menjadi sahabat.” Ujar Keith. Hana tersenyum.
        “Mulai sekarang kita akan melakukan segalanya bersama-sama.” Ujar Keith tersenyum. Namun setelah waktu berlalu, Keith mendapatkan reward tersebut.
        “Hana, aku berhasil!” ujar Keith lalu mereka berpelukan. Hana sangat senang karena sahabatnya berhasil. Namun Keith telah tertipu oleh kedua pelayannya.
        “Dia mencoba merebut posisimu… ia mengambil ramuan macademia!” ujar keduanya.
        “Hana! Kau bohong! Kau pendusta! Kau bukan sahabatku! Aku membencimu!” teriak Keith lalu pergi meninggalkan Hana sendirian. Kedua pelayan Keith tersenyum licik kepada Hana
        “Mulai sekarang, aku akan memerintahkan kalian dan kalian harus tunduk kepadaku!” ujar Keith.
        Bahkan pada saat Keith terjatuh di taman, Hana yang melihatnya langsung berlari menuju Keith dan mengulurkan tangannya.
        “Aku akan membantumu, Keith. Raihlah tanganku,” ujar Hana. Keith hanya diam dan berteriak dengan kasar.
        “Aku tidak membutuhkan bantuanmu!” teriak Keith lalu mendorong Hana. Hana menangis lalu menyendiri.
        “Hana, maafkan aku… aku membutuhkanmu… kau sahabatku…” ujar Keith yang menunggui Hana di depan ruang operasi. Noona nampak ingin menenangkan Keith dengan memeluknya. Tiba-tiba saja Bryan menghalangi Noona.
“Bryan, apa yang kau lakukan?” Tanya Noona.
“Kamu tidak perlu melakukan apapun untuk menenangkannya. Ia tak pantas menerimanya.” Ujar Bryan.
“Kau selalu melarangku. Kau tidak pernah berubah.”
Ujar Noona lalu melepas genggaman Bryan. Noona melangkah perlahan ke arah Keith. Ia agak ragu dengan apa yang ia akan lakukan ini. “Aku yakin masih ada kebaikan dalam diri Keith. Ia juga temanku.” Ujar Noona dalam hati. Noona mengulurkan kedua tangannya dan memeluk Keith. Keith tidak menyangka Noona masih dapat memeluk Keith dengan perasaan kasih sayang. Padahal, Keith ingin meracuni Noona.
        “Kenapa kau masih ingin memelukku? Aku gadis yang jahat… aku tidak pantas di peluk…” ujar Keith sambil menangis.
        “Setiap manusia pantas untuk di peluk. Kau juga manusia, jadi kau pantas di peluk.” Ujar Noona. Keith menoleh ke arah Noona.
        “Tapi, aku mencoba meracuni orang yang memelukku. Apa orang yang berniat meracuni pantas untuk di peluk?” Tanya Keith terus menangis. Noona duduk di sebelah Keith. Menggenggam tangannya, menatap matanya.
        “Aku yakin, masih ada kebaikan dalam dirimu. Lagipula, setiap manusia mempunyai kesalahan. Mereka bukan makhluk sempurna. Begitu juga kau.” Ujar Noona.
        “Kau pantas di maafkan,” ujar Noona lalu tersenyum, dan mengusap air mata Keith. Keith tersenyum dengan manis. Bryan yang melihatnya ikut tersenyum. Dokter keluar ruang operasi dengan banyaknya darah. Mereka bertiga menghampiri dokter.
        “Dokter, bagaimana keadaan Hana?” Tanya Noona.
Dokter hanya diam memasang muka masam di wajahnya.
        “Begini, kami telah berusaha dan mengusahakannya semaksimal mungkin. Akan tetapi, kalian terlambat untuk membawanya kemari. Lain kali, bawa secepat mungkin, dan ke rumah sakit terdekat. Maafkan kami. Tapi ia tak ada kesempatan untuk di selamatkan.” Ujar Dokter dan berlalu. Keith sangat shock mendengar berita tersebut. Ia jatuh terduduk dan menangis.
        “Hana… maafkan aku… aku tidak bermaksud… aku tidak mau kau pergi… tolong… kembalilah… aku ingin kita bersama, seperti dulu lagi…” ujar Keith berulang-ulang.
        “Keith… bersabarlah… kau harus tabah…” ujar Noona memeluk Keith.
        “Bryan Berry?” Tanya seseorang yang ternyata  salah satu anggota FBI.
        “Saya sendiri. Ada apa?” Tanya Bryan bingung.
        “Apa kau adalah anak dari Berry Clarisson?” Tanya beliau.
        “Benar, asaya anaknya, ada apa?” tanyanya.
        “Apa kau selaku anak dari beliau mengetahui bahwa Tuan Berry merupakan buronan FBI?” Tanya komando dari mereka.
        “Buronan, FBI?” Tanya Noona bingung. Salah satu dari mereka mengangguk.
        “Setahuku ayah tidak melakukan apapun yang mencelakakan seseorang.” Ujar Bryan karena ia benar-benar tidak tahu.
        “Memang, ia tidak mencelakakan orang lain, tetapi ia membunuhnya.” Ujar beliau dengan wajah masam.
        “Apa sekarang ia telah dimasukkan ke tahanan?” Tanya Noona.
        “Sayangnya belum. Karena ia telah melarikan diri.” Ujar beliau.
        “Melarikan diri?” Tanya Bryan. Mereka bertiga terdiam.
        “Tapi… aku adalah calon menantunya…” ujar Keith sedih.
        “Lebih baik sekarang kita pulang ke rumah.” Ujar Bryan lalu menuntun Keith yang dalam keadaan sangat shock akibat kematian Hana.
Sesampainya di rumah, Bryan melihat para pelayannya sedang berkemas.
        “Apa yang kalian lakukan?” Tanya Bryan kaget saat melihat mereka hendak pergi.
        “Kami tidak akan bekerja lagi disini. Tuan Berry adalah pembunuh. Dan tadi FBI berkata bahwa mereka akan mengosongkan tempat ini. Kita harus pergi, jika tidak mau dimasukkan ke penjara. Percuma kita bekerja disini. Kami belum dibayar, tetapi ternyata tuan Berry hanya seorang pembunuh yang merampas uang dari orang lain!” teriak salah satu dari mereka.
        “Tetapi… kau tidak bisa pergi begitu saja. Aku masih tuanmu.” Ujar Bryan.
        “Tuan? Kau bilang tuan? Sekarang aku bertanya, Tuan Muda, apa kau bisa menggaji lebih dari 100 pelayan disini?” Tanyanya lagi.
        “Aku…”
        “Sudah jelas kau tidak mampu. Kau miskin sekarang!” teriaknya lalu beranjak pergi.
        “Bryan…” ujar Noona mendekatinya. Lebih baik kita ber-istirahat disini untuk sementara waktu. Bagaimanapun kau lelah, aku lelah, Keith lelah, dan Lucy juga lelah. Mengertilah.” Ujar Noona membujuk terus-menerus.
        “Baiklah. Kita akan beristirahat.” Ujar Bryan lalu mereka menuju ruangan Tuan Berry yang lama. Ruangan tersebut terbagi menjadi 2 bagian. Yang 1 untuk Bryan, dan yang 1 untuk Noona, Keith, Dan Lucy.
        Pagi harinya, Noona sudah bangun. Ia merasa mendengar sesuatu. Ia kira itu adalah Lucy. Ia dengan malas menuruni tangga. Ia melihat ada sosok disana. Sosok berwarna hitam. Nampaknya itu manusia biasa berpakaian hitam. Dan dia adalah pria yang berdandan seperti badut. Mungkin agar tidak meninggalkan identitas atau jejak.
        “Lucy?” Tanya Noona agak berteriak.
Pria itu menoleh. Bukan Lucy. Ia menodongkan pistol. Lucy tiba-tiba datang dari belakang.
        “Kakak?” Tanya Lucy. Senapan itu berbalik ke arah Lucy.
        “Siapa dia?” Tanya Lucy.
Pria itu hendak menembakkan senapannya. Noona Nampak kaget lalu memelototinya
        “Lucy, pergi.” Ujar Noona.
        “Kakak…” ujar Lucy ketakutan.
        “Pergi!!!!!” teriak Noona.
Senapan diluncurkan. Noona mencoba untuk melindungi Lucy. Namun peluru tersebut melesat dengan cepat dan mengenai tepat di dada Lucy.
Lucy terjatuh dan pingsan.
        “Lucy!!!!!!” teriaknya.
Noona berlari ke arah Lucy. Pria yang berpakaian hitam tadi tiba-tiba menghilang.
        “Lucy…” ujar Noona memeluk Lucy dengan erat. Lucy Nampak sangat kesakitan. Noona mencoba untuk menahan darah yang keluar dari dada Lucy.
        “Ka… kak…” ujar Lucy terbata-bata.
        “Lucy… bertahanlah…” ujar Noona. Lucy lagaknya sudah tidak kuat lagi.
        “To… tolong…” ujar Lucy sambil mencoba mengangkat tangannya.
        “Ada apa?” Tanya Noona. Tetapi, belum sempat Lucy menunjukkannya, ia sudah tiada. Noona sangat kaget sekaligus tidak percaya apa yang telah ia lihat ini.
        “Lucy!!!!!” teriak Noona lalu menangis terisak-isak.
        “Bryan!!!! Keith!!!” teriak Noona memanggil kedua orang itu. Seketika mereka yang mendengar suara tembakan itu langsung turun. Keith yang melihat Nampak sangat sedih. Sementara Bryan langsung menggotong Lucy menuju Rumah Sakit. Sudah terlambat. Lucy telah pergi meninggalkan mereka semua. Kepergian Lucy merupakan hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya. Namun mereka hanya mengubur Lucy. Mereka belum memberi batu nisan. Hanya foto Lucy. Sebab, Lucy dan Noona tidak punya agama.
        Noona terus menatap ke arah foto Lucy sambil meneteskan air mata.
        “Selamat tinggal… Lucy…” ujar Noona lalu memandang langit
        “Noona...” ujar salah seorang suster di Rumah sakit tersebut. Noona menoleh dengan tatapan kesedihan yang ia rasakan. Sangat terlihat bahwa Noona mengalami banyak masalah.
        “Ada apa suster?” tanya Noona yang nampak sangat kesedihan.
        “Kau akan aku rawat, kau mau?” tanya Suster tersebut. belum pernah Noona meendengar kata-kata yang begitu halus dan penuh perasaan seperti itu.
        “Kuyakini kau bisa melakukan sesuatu yang sangat hebat. Setiap orang di dunia ini dapat melakukan sesuatu yang berguna, dan juga dapat membanggakan dunia ini.” Ujar Suster tersebut yang membuat ia tidak memahaminya.
        “Aku tidak mengerti...” ujar Noona kebingungan.
        “Kau... maukah kau menjadi anakku?” tanya beliau dengan mata berbinar-binar. Noona sangat kaget. Ia tidak menyangka ada orang yang mau melakukan hal seperti itu untuknya. Ia pasti akan mendapatkan segalanya. Agama, uang, tempat berteduh, teman... segalanya. Ia akan mendapatkan yang ia inginkan. Semenjak itu hatinya menjadi bimbang.

 Nah... itulah cuplikan novel Fate part 5 yang akan aku terbitkan... siapa sih Tuan Berry? kenapa suster itu ingin mengadopsi Noona? apakah Noona setuju dengan keputusan tersebut? Tunggu terbitannya yaaaa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar